Wednesday, 27 July 2016

Makalah Struktur Kalimat Bahasa Indonesia

DESKRIPSI MATERI
PERTEMUAN 7: Struktur Kalimat
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Kasih, S.Pd, M. Pd



7.1  PENGANTAR
Kalimat yang dirangkai membentuk makna terjadi, karena perpaduan antara pilihan kata yang tepat dan struktur kalimat yang benar. Struktur kalimat yang disajikan di dalam tulisan  terlebih dahulu dibentuk berdasarkan pola-pola kalimat  sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis. Dalam karangan, kalimat merupakan satuan yang terkecil; dalam analisis gramatikal, satuan yang terbesar. Lado (1968) dalam Putrayasa (2009) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.
Kalimat merupakan hubungan dua kata atau lebih yang paling renggang. Karena renggangnya maka kalimat susunannya dapat dibalik tanpa mengubah arti. Kalimat sebagai satuan kata terkecil mengandung makna lengkap yang dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu: (1) dari segi bentuk atau struktur, maksudnya kalimat merupakan satuan kata terkecil yang dibangun oleh dua buah kata. (2) dari segi makna, maksudnya kalimat harus memiliki pengertian yang lengkap apabila di dalamnya terdapat subjek dan predikat.

7.2  TUJUAN PERKULIAHAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
·         Menjelaskan hakikat kalimat
·         Menjelaskan jenis-jenis kalimat
·         Membedakan kalimat efektif dan tidak efektif
·         Menjelaskan ciri-ciri kalimat efektif.

7.3 DESKRIPSI MATERI

1.    Hakikat Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa secara relative dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, dalam putrayasa, 2009:1). Sementara itu Bloomfield, (1955) menyatakan bahwa kalimat merupakan suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal.
Senada dengan Bloomfield, Hockett (1985) yang menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain, sedangkan Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi dengan adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Dari seluruh pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kalimat merupakan satuan gramatikal terkecil yang berupa klausa dan dapat berdiri sendiri, tersusun secara logis dan memiliki pikiran secara lengkap.

2.    Jenis-Jenis Kalimat
a.    Jenis Kalimat Berdasarkan Isinya
Jenis kalimat berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Sejalan dengan hal tersebut, Cook  dalam Putrayasa (2009) menyebut pembagiannya  berdasarkan jenis response yang diharapkan, yaitu kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, dan kalimat perintah.
(1)  Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang mendukung suatu pengungkapan peristiwa atau kejadian. Kalimat berita sering juga disebut kalimat pernyataan, Kridalaksana (2008) menyebut kalimat berita dengan istilah deklaratif yaitu mengandung makna menyatakan atau memberitakan sesuatu dalam ragam tulis biasa lajim diberi tanda titik. Penulisan kalimat berita di mulai dengan huruf besar dan di akhiri tanda titik, contohnya 
·         Ebiet G Ade bertemu dengan Marah Rusli.
·         Pihak kepolisian bekerja keras menghadapi para teroris.
·         Kami terpaksa mengalah karena tidak ingin ada keributan.

(2)  Kalimat Tanya
Kalimat tanya merupakan kalimat yang mengandung pertanyaan atau kalimat interogatif dan biasanya dibubuhi tanda tanya (?) serta jenis kalimat ini ditandai pula oleh partikel seperti kah, atau kata tanya apa, bagaimana. Bentuk penulisan kalimat tanya dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda Tanya perhatikan contoh berikut:
1)    Apa Anda seorang pelajar?
2)     Di mana Anda tinggal?

Kalimat tanya kemungkinan memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari segi yang ditanyakannya.

c)  Kalimat Perintah
Kalimat perintah merupakan kalimat yang isinya menyuruh orang lain untuk melakukan  sesuatu yang kita kehendaki. Istilah lain dari kalimat perintah yaitu kalimat imperatif yakni mengandung intonasi imperatif. Dalam ragam tulis ditandai dengan tanda titik (.) atau seru (!) serta ditandai dengan partikel seru seperti lah atau kata-kata hendaklah dan jangan. Contoh ; Cepat, masuk ke kamari!.atau keluarkan tas itu!




2. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausanya
a)    Kalimat Tunggal 
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat, tetapi masing-masing dapat berupa bentuk majemuk. Di didi lain kalimat tunggal terdiri atas satu klausa bebastanpa klausa terikat. Putrayasa (2012) mengungkapkan bahwa kalimat tunggal berinti dua yang merupakanjenis struktur kalimat yang pokok dalam bahasa Indonesia.
Sejalan dengan Keraf (2000) mengatakan bahwa kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola yang baru. Jadi unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat. Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu tidak mustahil unsur manasuka seperti keterangan waktu, tempat dan sebagainya. Oleh karena itu kalimat tunggal tidak selalu wujud yang pendek, tetapi juga dapat panjang, perhatikan contoh kalimat tunggal  berikut ini:

·         Ujian tengah semester telah diselenggarakan dua hari yang lalu.
·         Karimah Azzahra akan melanjutkan kuliah di Sudan.

b)    Kalimat Bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat (Cook dalam Putrayasa, 2009)
Contoh:
·         Halim mendapatkan beasiswa karena ia pintar
·         Karimah  dan Fathi bergembira karena mereka lulus


c)    Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas beberapa klausa bebas. Keraf (2000) mengemukakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat yang baru di samping pola yang sudah ada.
Contoh:
·         Karimah membeli sepatu itu, lalu menyimpannya di almari
·         Fathi mengajar di UMJ, sedangkan Halim mengajar di UNPAM

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih  jelas akan dipaparkan macam-macam kalimat majemuk tersebut di bawah ini.

1)    Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat yang lebih besar dan tiap-tiap kalimat tunggal digabungkan itu tidak kehilangan unsur-unsurnya.
             Contoh :
·         K1 : Hujan turun dengan lebat
·         K2 : Angin kencang menumbangkan pohon
·         K3 : Semua orang  berteduh dipinggir gedung mega itu
Kalimat majemuk setara: Hujan turun dengan lebat, setelah itu angin kencang menumbangkan pohon, dan akhirnya semua orang berteduh dipinggir gedung itu

2)    Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan merupakan kalimat tunggal yang digabungkan menjadi kalimat majemuk  dengan menuliskan satu kali unsur-unsur yang sama atau dengan merapatkan unsur yang sama itu. Kalimat majemuk rapatan terjadi karena proses penggabungan  dan diberi nama sesuai dengan unsur kalimat yang dirapatkan.
K1: Fathi menimba air disumur
K2: Kakak mencuci pakaian di sumur
KMR= Fathi menimba air dan kakak mencuci pakaian di sumur
Atau: Di sumur Fathi menimba air dan kakak mencuci pakaian.

3)    Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat, salah satu pada bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut dengan anak kalimat. Klausa yang kedudukannya lebih tinggi mempunyai kedudukan yang bebas sehingga tanpa klausa yang lain tetap dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat. Sementara itu, klausa yang kedudukannya lebih rendah mempunyai kedudukan yang tidak bebas, sehingga tidak mungkin dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat.
Dalam tata bahasa tradisional klausa bebas dalam kalimat luas bertingkat ini disebut induk kalimat, sedangkan klausa tidak bebas disebut anak kalimat. Klausa yang tidak bebas, atau yang disebut anak kalimat ini biasanya di dahului dengan kata penghubung. Sebagai contoh

·         Banjir sering melanda desa kami karena saluran-saluran airnya penuh dengan sampah dan kotoran
·         Kami harus belajar dengan sungguh-sungguh agar hidup kami  menjadi enak



Analisis contoh di atas:
·         Induk kalimat (Ika)    : Banjir sering melanda desa kami
        Anak kalimat (Aka) : karena saluran-saluran airnya penuh dengan sampah dan kotoran  

4)    Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat yang terdiri atas sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan (Keraf, 2000)

Contoh:

Satu pola atasan dan dua pola bawahan

·         Mahasiswa Jurusan PGSD telah menyelenggarakan  seminar Bahasa Indonesia, yang diikuti oleh siswa SMA, serta dihadiri oleh para guru mereka
Dua pola atasan dan satu pola bawahan
·         Kepala desa menyerahkan hadiah itu dan meminta agar kami terus menyimpannya pada tempat yang sama, yang telah disediakan oleh pak Camat

3. Jenis Kalimat Berdasarkan Struktur Internal Klausa Utama
    a) Kalimat lengkap
             Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap. Kalimat lengkap bias juga disebut kalimat mayor atau kalimat sempurna yaitu kalimat yang dasarnya terdiri atas sebuah klausa bebas (Cook,1971).
Contoh
·      Anak itu menangis
·      Halim membaca buku

b)    Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap atau kalimat tak sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri atas sebuah klausa terikat, atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa (Cook, 1971). Kalimat tak lengkap terdiri atas:
1.    Kalimat Elips
Kalimat elips adalah kalimat tak lengkap yang terjadi karena pelesapan beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal.
Contoh:
·         belum berakhir,
·         pasti lulus
             
2.    Kalimat Sampingan
Kalimat sampingan adalah kalimat tak lengkap yang terjadi dari klausa tak lengkap dan diturunkan dari kalimat bersusun.
contoh:
·         Walaupun sudah habis
·         Karena memang sulit
3.    Kalimat urutan
Kalimat urutan berupa kalimat lengkap, tetapi mengandumg konjungsi yang menyatakan bahwa kalimmat itu bagian dari kalimat lain.
Contoh:
·         Dengan demikian, saya menyetujui
·          Oleh sebab itu, dia putus.

4.    Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat dengan pola tidak lengkap dan mempunyai pola intonasi final, contoh halo, hai, astaga!, ya, ampun!, awas copet, dilarang masuk, empat sehat lima sempurna, Atheis.
C. Kalimat Efektif dan Tidak Efektif
1. Hakikat Kalimat Efektif
       Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Kalimat yang disusun harus dapat mewakili pikiran penelitian dan mudah diterima pembaca. Kalimat yang mencapai sasaran dengan baik sebagai sarana komunikatif disebut kalimat efektif.
Selanjutnya Keraf (1984:36) “Menyatakan bahwa kalimat efektif merupakan kalimat-kalimat yang harus memenuhi syarat-syarat yaitu secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh penulis”.  Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya. Dengan kata lain, kalimat efektif selalu berterima secara tata bahasa dan makna. Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.

2.     Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Agar sebuah kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan penulis maka  kalimat efektif harus mengandung kesatuan gagasan, mewujudkan koherensi yang baik dan kompak, merupakan komunikasi yang berharkat, memperhatikan paralelisme, diwarnai kehematan, didukung variasi, dibantu EYD”.
Putrayasa (2010:48), “Kalimat efektif mempunyai empat ciri-ciri, yaitu: kesatuan (unity), kehematan (economy), penekanan (emphasis), kevariasian (variaty)’. Kesatuan adanya keselarasan antara subjek, predikat, objek dan keterangan. Kehematan merupakan hubungan jumlah kata yang digunkan dengan luas jangkauan makna yang diacu. Penekanan upaya memberikan penegasan agar memdapat perhatian pendengar atau pembaca, dan kevariasian merupakan penampilan beda dalam kalimat sehingga tidak ada kebosan oleh pendengar atau pembaca.
Untuk memperjelas ciri-ciri kalimat efektif yang dikemukakan oleh beberapa ahli perhatikan uraian berikut:

a.   Kesepadanan
Menurut Arifin dan S. Amaran Tasai (2008:143) “Kesepadanan merupakan keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang dipakai”. Kesepadanan dalam kalimat efektif ialah kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau ide yang akan disampaikan.

Contoh :
1.    Setiap pengemudian mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
2.    Rumah saya baru saja diperbaiki.
3.    Para petani mendapat keterangan tentang kelengkapan pupuk.

b.  Kesatuan Gagasan
Menurut Finoza (2008:147) “Kesatuan merupakan ide poko dalam sebuah kalimat. Dengan ide kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan dapat mempertentangkan kesatuan yang satu dan yang lainya asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunayai hubungan sama sekali ke dalam sebuah kalimat.
Perhatikan contoh berikut yang memiliki lebih dari satu gagasan
Melihat perkembangan penduduk  RW 09 kampung Bojong Eyot yang semakin padat namun tidak didukung dengan kemampuan perekonomian yang cukup yang tanpa kita sadari bahwa peningkatan tersebut memerlukan
sarana prasarana yang memadai


Kalimat diatas memiliki 3 gagasan
1.    Perkembangan penduduk  RW 09 kampung Bojong Eyot yang semakin padat
2.    Perkembangan itu tidak didukung dengan kemampuan perekonomian yang cukup
3.    kita tidak menyadari bahwa perkembangan itu memerlukan sarana prasarana yang memadai

Saran perbaikan kalimat tersebut:
Perkembangan penduduk  RW 09 kampung Bojong Eyot semakin padat, tetapi tidak didukung oleh perekonomian yang cukup dan sarana prasarana yang memadai

c. Kesejajaran dan Paralelisme
Kesejajaran atau paralelisme dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama yang dipakai dalam sususan serial. Paralelisme atau kesejajaran bentuk ini memberikan kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam kontruksi yang sama.” Artinya, jika sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan dalam bentuk frase, maka ide-ide lain yang sederajat juga harus dinyatakan dalam bentuk frase. Jika ide dalam bentuk nomen, maka ide lain yang sederjat harus dinyatakan dalam bentuk nomen.

d. Penekanan
Menurut Putrayasa (2010:56) “Penekanan merupakan kalimat upaya memberikan penegasan untuk lebih mendapatkan perhatian dari pendengar atau pembaca. Penekanan usaha untuk membuat gagasan yang akan diungkapkan menjadi lebih jelas. Seorang peneliti dapat memberikan penekanan dalam kalimat dengan cara perubahan dalam kalimat, repetisi, atau penggunaan partikel seperti: ah,-pun, dan -kah. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menekankan ide pokok yaitu:

1.    Meletakan kata yang ditonjolkan di depan kalimat
      Contoh:
·         Angka kematian ibu melahirkan makin meningkat sehingga perlu di tingkatan posyandu yang terdapat di setiap RW (penekanan pada angka kematian)
2.    Mengurutkan kata secara bertahap
      Contoh:
·      Bukan satu atau dua, melainkan puluhan warga menderita karena kelaparan dan kekurangan gizi
3.    Menggunakan partikel penekanan
      Contoh:
·         Buanglah semua rasa cemburumu!

4.    Mengulang kata
      Contoh:
·         Bunda Widi guru yang baik, guru yang menyenangkan untuk siswanya




e.  Kehematan
Menurut Arifin dan S. Amaran Tasai (2008:143) “Kehematan merupakan kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku”. Penggunaan kalimat yang panjang dan berbelit-belit akan menyulitkan pembaca untuk mendapatkan pesan yang akan disampaikan. Kehematan dapat dilakukan dengan cara menghnidari pengulangan subjek. Penggunaan kata umum dan khusus dalam kalimat, dan penggunaan kata atau frase yang memiliki kesamaan arti dalam satu kalimat.
Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
·         Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang baik anda harus belajar dengan rajin.
Contoh kaliamat yang hemat kata:
·         Agar Anda memperoleh nilai ujian dengan baik, belajarlah dengan rajin.

f.  Kevariasian
Menurut Putrayasa (2010:64) “Kevariasian merupakan penulisan dengan pola kalimat yang sama akan membuat suasana monoton atau datar sehingga akan menimbulkan kebosanan pada pembaca”. Kevariasian dalam
Contoh:
·         Anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang orang tua
·         Dibutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua kepada anaknya
·         Perhatian dan kasih sayang orang tua dibutuhkan anak

g.  Kelogisan
Menurut Finoza (2008:152) “Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk akal”. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis. Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata atau frase, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa, perhatikan contoh kalimat berikut ini.

1.    Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambing tergolong binatang anti air) (tidak logis)
2.    Bapak (dekan) selaku ketua pelaksana kami persilakan maju ke mimbar.( logis)
3.    Apartemen ini dibangun setelah menggusur ratusan rumah penduduk (tidak logis)
4.    Apartemen ini dibangun setelah ratusan rumah penduduk digusur. (logis)

Berdasarkan uraian di atas bahwa ciri-ciri kalimat efektif adalah untuk menjadi acuan dalam pembuatan kalimat yang memperhatikan kesepadanan, kesatuan, kesejajaran dan paralelisme, penekanan, kehematan, kevariasian, dan kelogisan.

H. Keringkasan
Dalam menulis ditemukan pemakaian kata dan kelompok kata yang sebenarnya memiliki makna yang sama. Dalam hal ini kelompok kata merupakan bentuk panjang, sedangkan kata merupakan bentuk pendek.
Contoh
·         Kami mengadakan penelitian terhadap anak anak sekolah luar biasa (bentuk panjang)
·         Kami meneliti anak sekolah luar biasa. ( bentuk ringkas)
·         Kakek selalu memberi nasehat anak-anaknya. (bentuk panjang)
·         Kakek selalu menasehati anak-anaknya



3. Hakikat Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif. Berikut ini ada beberapa penyebab ketidakefektifan Kalimat :


1.      Kalimat Berstruktur Kompak.
Setiap kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang menerangkan pokok) atau unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik adalah kalimat yang menggunakan subjek dan predikat secara benar dan kompak. Kekurangkompakan dan ketidakjelasan subjek dapat terjadi jika digunakan kata depan di depan subjek. Misalnya penggunaan dalam, untuk, bagi, di, pada, sebagai, tentang, dan, karena sebelum subjek kalimat tersebut.

Contoh kalimat tidak efektif:
·         Bagi semua siswa harus memahami uraian berikut ini.
·         Dalam pembahasan ini menyajikan contoh nyata.

Kalimat di atas menjadi tidak efektif karena unsurnya tidak lengkap.

2. Kalimat Paralel.
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara paralel. Keparalelan itu tampak pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang paralel dengan memiliki unsur atau jenis kata yang sama. Kesalahan dalam menggunakan paralelis kata akan menjadikan kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
Contoh kalimat tidak efektif: Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, kelengkapan materi yang harus dilampirkan, penggambaran tahap-tahap kegiatan, dan simpulan hasil pengujian. Ketidakefektifan kalimat tersebut, karena memfaralelkan jenis kata menyusun, dengan kelengkapan, penggambaran, dan simpulan.
Kalimat tersebut memfaralelkan “kegiatan” sebagai verba, maka kata lainnya seharusnya menggunakan verba. Misalnya, kata menyusun seharusnya berfaralel dengan melampirkan (materi secara lengkap), menggambarkan (tahap-tahap kegiatan), dan menyimpulkan (hasil pengujian). Bandingkanlah dengan kalimat di bawah ini! Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, melampirkan materi secara lengkap, menggambarkan tahap-tahap kegiatan, dan menyimpulkan hasil pengujian.

3. Kalimat Hemat.
Kalimat yang efektif harus hemat. Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang menghindari pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh kalimat tidak efektif:
·      Para menteri serentak berdiri, setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang ke acara itu. Waktu tempuh yang digunakan hanya selama 45 menit saja untuk sampai ke daerah itu.
·      Air raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah.
·      Banyak orang-orang yang tidak hadir pada pertemuan yang menghadirkan beberapa tokoh-tokoh terkemuka.

Kalimat pertama kurang efektif karena menggunakan subjek (kata para menteri) dengan subjek kedua (kata mereka). Kalimat kedua menggunakan kata bermakna sama, yaitu kata hanya dan saja. Kalimat ketiga kurang efektif karena menggunakan kata bermakna hiponimi, yaitu kata warna dan merah (merah merupakan salah satu warna, sehingga tidak perlu menggunakan kata warna). Kalimat keempat, menggunakan kata bermakna jamak secara berulang, yaitu kata banyak dan beberapa dengan pengulangan kata yang mengikutinya.

4. Kalimat Berpadu.
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan. Kalimat yang tidak berpadu biasanya terjadi karena salah dalam menggunakan verba (kata kerja) atau preposisi (kata depan) secara tidak tepat.

Contoh kalimat tidak efektif:
·         Segala usulan yang disampaikan itu kami akan pertimbangkan.
·         Uraian pada bagian ini akan menyajikan tentang perkembangbiakan pohon aren.
·         Materi yang sudah diungkapkan daripada pembicara awal akan dibahas kembali pada pertemuan yang akan datang.
Penggunaan kata akan yang menyelip di antara subjek dengan predikat pada kalimat pertama menjadikan kalimat tersebut kurang padu. Demikian pula penggunaan kata tentang dan daripada setelah verba menjadikan kalimat tersebut kurang padu

5. Kalimat Logis.
Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau pikiran sehat. Biasanya ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan kata atau ejaan yang salah.
Contoh kalimat tidak efektif:
·         Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran acara ini.
·         Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas tersebut.
·         Mayat wanita yang ditemukan di sungai itu sebelumnya sering mondar- mandir di daerah tersebut.
Pada kalimat pertama terkadung makna bahwa yang berbahagia adalah kesempatan, kecuali verbanya diganti dengan membahagiakan. Kalimat kedua memiliki makna yang tidak mungkin waktu dipersingkat, kecuali acara yang dipersingkat atau waktu yang dihemat. Kalimat ketiga menggunakan konstruksi kalimat yang kurang benar sehingga memunculkan makna yang kurang logis dan menakutkan.

5.    Kontaminasi
 Merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
Contoh:
·         diperlebar, dilebarkan, diperlebarkan (salah)
·         memperkuat, menguatkan, memperkuatkan (salah)
·         sangat baik, baik sekali, sangat baik sekali (salah)
·         saling memukul, pukul-memuku,l saling pukul-memukul (salah)
·         di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni
Sekolah mengadakan pentas seni (salah)

7. Pleonasme
    Kalimat yang berlebihan, tumpang tindih
 Contoh:
·         para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
·         para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
·         banyak siswa-siswa (banyak siswa)
·         saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
·         agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
·         disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)



8. Tidak Memiliki Subjek.
 Contoh:
·         Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
·         Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
·         Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)

9. Adanya kata depan yang tidak perlu.
  Contoh:
·         Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
·         Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
·         Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.

10. Salah Nalar
      Contoh:
·         waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
·         Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
·         Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
·         Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
·         Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
·         Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
·         Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)

11. Kesalahan Pembentukan kata.
     Contoh:
·         mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
·         menyetop seharusnya menstop
·          mensoal seharusnya menyoal
·          ilmiawan seharusnya ilmuwan
·          sejarawan seharusnya ahli sejarah

12. Pengaruh bahasa asing.
   Contoh:
·         Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
·         Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
·         Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)

13. Pengaruh bahasa daerah.
 Contoh:
·         …. sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
·          … oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
·         Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)


DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan  Tasai, Amran. 2006.Cermat berbahasa ndonesia.Jakarta: Diksi CV Akademika Pressindo

Chaer, A. .2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:.Rineka Cipta

Cook, S.J., Walter, A. 1971. Introduction to Tagmemic Analysis. Toronto: Rinehart & Wiston.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka


Effendi, S. 1994. Panduan Berbahasa Indonesia.Jakarta: Diksi Pustaka Jaya.

Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia.

Hockett, C.F. 1958. A Course in Modern Linguistics. New York: The Macmillan Company

Kasih. 2014. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: UMJ

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende Flores : Nusa Indah.

Putrayasa, I.B.2009. Jenis Kalimat Dalam Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama

Sitindaon, Gustaf. 1984. Pengantar Lingustik dan Tata Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima


No comments:

Post a Comment