DESKRIPSI
MATERI
PERTEMUAN
7: Struktur Kalimat
Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen
Pengampu: Kasih, S.Pd, M. Pd
7.1 PENGANTAR
Kalimat
yang dirangkai membentuk makna terjadi, karena perpaduan antara pilihan kata
yang tepat dan struktur kalimat yang benar. Struktur kalimat yang disajikan di
dalam tulisan terlebih dahulu dibentuk
berdasarkan pola-pola kalimat sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis. Dalam karangan, kalimat merupakan
satuan yang terkecil; dalam analisis gramatikal, satuan yang terbesar. Lado
(1968) dalam Putrayasa (2009) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil
dari ekspresi lengkap.
Kalimat
merupakan hubungan dua kata atau lebih yang paling renggang. Karena renggangnya
maka kalimat susunannya dapat dibalik tanpa mengubah arti. Kalimat sebagai
satuan kata terkecil mengandung makna lengkap yang dapat dibedakan menjadi dua
bagian besar, yaitu: (1) dari segi bentuk atau struktur, maksudnya kalimat
merupakan satuan kata terkecil yang dibangun oleh dua buah kata. (2) dari segi
makna, maksudnya kalimat harus memiliki pengertian yang lengkap apabila di
dalamnya terdapat subjek dan predikat.
7.2 TUJUAN PERKULIAHAN
Setelah mempelajari materi
perkuliahan, mahasiswa mampu:
·
Menjelaskan
hakikat kalimat
·
Menjelaskan
jenis-jenis kalimat
·
Membedakan
kalimat efektif dan tidak efektif
·
Menjelaskan
ciri-ciri kalimat efektif.
7.3 DESKRIPSI MATERI
1. Hakikat
Kalimat
Kalimat
merupakan satuan bahasa secara relative dapat berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, dalam putrayasa, 2009:1).
Sementara itu Bloomfield, (1955) menyatakan bahwa kalimat merupakan suatu
bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar
karena merupakan suatu konstruksi gramatikal.
Senada
dengan Bloomfield, Hockett (1985) yang menyatakan bahwa kalimat adalah suatu
konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak
termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain, sedangkan Ramlan (1996)
mengatakan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi dengan adanya
jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Dari seluruh pendapat di
atas maka dapat disimpulkan bahwa kalimat merupakan satuan gramatikal terkecil
yang berupa klausa dan dapat berdiri sendiri, tersusun secara logis dan memiliki
pikiran secara lengkap.
2. Jenis-Jenis
Kalimat
a.
Jenis Kalimat Berdasarkan Isinya
Jenis
kalimat berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat
tanya, dan kalimat perintah. Sejalan dengan hal tersebut, Cook dalam Putrayasa (2009) menyebut
pembagiannya berdasarkan jenis response
yang diharapkan, yaitu kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, dan kalimat
perintah.
(1) Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang mendukung
suatu pengungkapan peristiwa atau kejadian. Kalimat berita sering juga disebut
kalimat pernyataan, Kridalaksana (2008) menyebut kalimat berita dengan istilah
deklaratif yaitu mengandung makna menyatakan atau memberitakan sesuatu dalam
ragam tulis biasa lajim diberi tanda titik. Penulisan kalimat berita di mulai
dengan huruf besar dan di akhiri tanda titik, contohnya
·
Ebiet G Ade
bertemu dengan Marah Rusli.
·
Pihak
kepolisian bekerja keras menghadapi para teroris.
·
Kami terpaksa
mengalah karena tidak ingin ada keributan.
(2) Kalimat Tanya
Kalimat tanya merupakan kalimat yang
mengandung pertanyaan atau kalimat interogatif dan biasanya dibubuhi tanda
tanya (?) serta jenis kalimat ini ditandai pula oleh partikel seperti kah, atau
kata tanya apa, bagaimana. Bentuk penulisan kalimat tanya dimulai dengan huruf besar
dan diakhiri dengan tanda Tanya perhatikan contoh berikut:
1) Apa Anda seorang pelajar?
2) Di mana
Anda tinggal?
Kalimat tanya kemungkinan memiliki arti yang
berbeda-beda tergantung dari segi yang ditanyakannya.
c) Kalimat Perintah
Kalimat
perintah merupakan kalimat yang isinya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Istilah lain
dari kalimat perintah yaitu kalimat imperatif yakni mengandung intonasi
imperatif. Dalam ragam tulis ditandai dengan tanda titik (.) atau seru (!)
serta ditandai dengan partikel seru seperti lah atau kata-kata hendaklah dan jangan.
Contoh ; Cepat, masuk ke kamari!.atau keluarkan tas itu!
2.
Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausanya
a) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri
atas satu subjek dan satu predikat, tetapi masing-masing dapat berupa bentuk
majemuk. Di didi lain kalimat tunggal terdiri atas satu klausa bebastanpa
klausa terikat. Putrayasa (2012) mengungkapkan bahwa kalimat tunggal berinti
dua yang merupakanjenis struktur kalimat yang pokok dalam bahasa Indonesia.
Sejalan dengan Keraf
(2000) mengatakan bahwa kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas
dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan,
asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola yang baru. Jadi unsur
inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat. Dalam kalimat tunggal tentu
saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu tidak mustahil
unsur manasuka seperti keterangan waktu, tempat dan sebagainya. Oleh karena itu
kalimat tunggal tidak selalu wujud yang pendek, tetapi juga dapat panjang,
perhatikan contoh kalimat tunggal
berikut ini:
·
Ujian tengah
semester telah diselenggarakan dua hari yang lalu.
·
Karimah
Azzahra akan melanjutkan kuliah di Sudan.
b) Kalimat Bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri
atas satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat (Cook dalam
Putrayasa, 2009)
Contoh:
·
Halim
mendapatkan beasiswa karena ia pintar
·
Karimah dan Fathi bergembira karena mereka lulus
c) Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri atas beberapa klausa bebas. Keraf (2000)
mengemukakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya
diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola
kalimat yang baru di samping pola yang sudah ada.
Contoh:
·
Karimah
membeli sepatu itu, lalu menyimpannya di almari
·
Fathi
mengajar di UMJ, sedangkan Halim mengajar di UNPAM
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas akan dipaparkan macam-macam kalimat
majemuk tersebut di bawah ini.
1) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat
majemuk setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat yang
lebih besar dan tiap-tiap kalimat tunggal digabungkan itu tidak kehilangan
unsur-unsurnya.
Contoh :
·
K1 : Hujan
turun dengan lebat
·
K2 : Angin
kencang menumbangkan pohon
·
K3 : Semua
orang berteduh dipinggir gedung mega itu
Kalimat
majemuk setara: Hujan turun dengan lebat, setelah itu angin kencang
menumbangkan pohon, dan akhirnya semua orang berteduh dipinggir gedung itu
2) Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat
majemuk rapatan merupakan kalimat tunggal yang digabungkan menjadi kalimat
majemuk dengan menuliskan satu kali
unsur-unsur yang sama atau dengan merapatkan unsur yang sama itu. Kalimat
majemuk rapatan terjadi karena proses penggabungan dan diberi nama sesuai dengan unsur kalimat
yang dirapatkan.
K1:
Fathi menimba air disumur
K2:
Kakak mencuci pakaian di sumur
KMR=
Fathi menimba air dan kakak mencuci pakaian di sumur
Atau: Di
sumur Fathi menimba air dan kakak mencuci pakaian.
3) Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk
bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat, salah
satu pada bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat,
sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut dengan anak kalimat.
Klausa yang kedudukannya lebih tinggi mempunyai kedudukan yang bebas sehingga
tanpa klausa yang lain tetap dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat.
Sementara itu, klausa yang kedudukannya lebih rendah mempunyai kedudukan yang
tidak bebas, sehingga tidak mungkin dapat berdiri sendiri sebagai sebuah
kalimat.
Dalam tata bahasa
tradisional klausa bebas dalam kalimat luas bertingkat ini disebut induk kalimat, sedangkan klausa tidak
bebas disebut anak kalimat.
Klausa yang tidak bebas, atau yang disebut anak kalimat ini biasanya di dahului
dengan kata penghubung. Sebagai contoh
·
Banjir sering
melanda desa kami karena saluran-saluran airnya penuh dengan sampah dan kotoran
·
Kami harus
belajar dengan sungguh-sungguh agar hidup kami
menjadi enak
Analisis contoh di atas:
·
Induk kalimat
(Ika) : Banjir sering melanda desa
kami
Anak kalimat (Aka) : karena saluran-saluran
airnya penuh dengan sampah dan kotoran
4) Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat
yang terdiri atas sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan,
atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan
(Keraf, 2000)
Contoh:
Satu pola atasan dan dua pola bawahan
·
Mahasiswa
Jurusan PGSD telah menyelenggarakan
seminar Bahasa Indonesia, yang diikuti oleh siswa SMA, serta dihadiri
oleh para guru mereka
Dua
pola atasan dan satu pola bawahan
·
Kepala desa
menyerahkan hadiah itu dan meminta agar kami terus menyimpannya pada tempat
yang sama, yang telah disediakan oleh pak Camat
3.
Jenis Kalimat Berdasarkan Struktur Internal Klausa Utama
a) Kalimat lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung
klausa lengkap. Kalimat lengkap bias juga disebut kalimat mayor atau kalimat
sempurna yaitu kalimat yang dasarnya terdiri atas sebuah klausa bebas
(Cook,1971).
Contoh
· Anak itu menangis
· Halim membaca buku
b) Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap atau kalimat tak sempurna adalah
kalimat yang dasarnya terdiri atas sebuah klausa terikat, atau sama sekali
tidak mengandung struktur klausa (Cook, 1971). Kalimat tak lengkap terdiri
atas:
1. Kalimat Elips
Kalimat elips adalah kalimat tak lengkap yang
terjadi karena pelesapan beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari
kalimat tunggal.
Contoh:
·
belum berakhir,
·
pasti lulus
2. Kalimat Sampingan
Kalimat sampingan adalah kalimat tak lengkap
yang terjadi dari klausa tak lengkap dan diturunkan dari kalimat bersusun.
contoh:
·
Walaupun sudah habis
·
Karena memang sulit
3. Kalimat urutan
Kalimat urutan berupa kalimat lengkap, tetapi
mengandumg konjungsi yang menyatakan bahwa kalimmat itu bagian dari kalimat
lain.
Contoh:
·
Dengan demikian, saya menyetujui
·
Oleh sebab itu, dia putus.
4. Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat dengan pola tidak
lengkap dan mempunyai pola intonasi final, contoh halo, hai, astaga!, ya,
ampun!, awas copet, dilarang masuk, empat sehat lima sempurna, Atheis.
C.
Kalimat
Efektif dan Tidak Efektif
1. Hakikat
Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Kalimat yang
disusun harus dapat mewakili pikiran penelitian dan mudah diterima pembaca. Kalimat
yang mencapai sasaran dengan baik sebagai sarana komunikatif disebut kalimat
efektif.
Selanjutnya Keraf
(1984:36) “Menyatakan bahwa kalimat efektif merupakan kalimat-kalimat yang
harus memenuhi syarat-syarat yaitu secara tepat dapat mewakili gagasan atau
perasaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama
tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh
penulis”. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang
mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi
diksi, struktur, dan logikanya. Dengan kata lain, kalimat efektif selalu
berterima secara tata bahasa dan makna. Sebuah kalimat dikatakan efektif
apabila mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.
2.
Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Agar sebuah
kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat
seperti yang diharapkan penulis
maka kalimat efektif harus mengandung
kesatuan gagasan, mewujudkan koherensi yang baik dan kompak, merupakan
komunikasi yang berharkat, memperhatikan paralelisme, diwarnai kehematan,
didukung variasi, dibantu EYD”.
Putrayasa
(2010:48), “Kalimat efektif mempunyai empat ciri-ciri, yaitu: kesatuan (unity), kehematan (economy), penekanan (emphasis), kevariasian (variaty)’. Kesatuan adanya
keselarasan antara subjek, predikat, objek dan keterangan. Kehematan merupakan
hubungan jumlah kata yang digunkan dengan luas jangkauan makna yang diacu. Penekanan
upaya memberikan penegasan agar memdapat perhatian pendengar atau pembaca, dan
kevariasian merupakan penampilan beda dalam kalimat sehingga tidak ada kebosan
oleh pendengar atau pembaca.
Untuk
memperjelas ciri-ciri kalimat efektif yang dikemukakan oleh beberapa ahli
perhatikan uraian berikut:
a. Kesepadanan
Menurut Arifin
dan S. Amaran Tasai (2008:143) “Kesepadanan merupakan keseimbangan antara
gagasan dan struktur bahasa yang dipakai”. Kesepadanan dalam kalimat efektif
ialah kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau ide yang akan
disampaikan.
Contoh :
1. Setiap
pengemudian mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
2. Rumah saya baru
saja diperbaiki.
3. Para petani
mendapat keterangan tentang kelengkapan pupuk.
b. Kesatuan Gagasan
Menurut Finoza
(2008:147) “Kesatuan merupakan ide poko dalam sebuah kalimat. Dengan ide
kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan dapat
mempertentangkan kesatuan yang satu dan yang lainya asalkan ide atau gagasan
kalimatnya tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak
mempunayai hubungan sama sekali ke dalam sebuah kalimat.
Perhatikan contoh berikut yang
memiliki lebih dari satu gagasan
Melihat perkembangan penduduk RW 09 kampung Bojong Eyot yang semakin padat namun
tidak didukung dengan kemampuan perekonomian yang cukup yang tanpa kita sadari
bahwa peningkatan tersebut memerlukan
sarana prasarana yang memadai
Kalimat diatas memiliki 3 gagasan
1. Perkembangan penduduk RW 09 kampung Bojong Eyot yang semakin padat
2. Perkembangan itu tidak didukung
dengan kemampuan perekonomian yang cukup
3. kita tidak menyadari bahwa
perkembangan itu memerlukan sarana prasarana yang memadai
Saran perbaikan kalimat tersebut:
Perkembangan penduduk RW 09 kampung Bojong Eyot semakin padat,
tetapi tidak didukung oleh perekonomian yang cukup dan sarana prasarana yang
memadai
c. Kesejajaran dan Paralelisme
Kesejajaran
atau paralelisme dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama yang
dipakai dalam sususan serial.
Paralelisme atau
kesejajaran bentuk ini memberikan kejelasan dalam unsur gramatikal dengan
mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam kontruksi yang sama.”
Artinya, jika sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan dalam bentuk frase,
maka ide-ide lain yang sederajat juga harus dinyatakan dalam bentuk frase. Jika
ide dalam bentuk nomen, maka ide lain yang sederjat harus dinyatakan dalam
bentuk nomen.
d. Penekanan
Menurut
Putrayasa (2010:56) “Penekanan merupakan kalimat upaya memberikan penegasan
untuk lebih mendapatkan perhatian dari pendengar atau pembaca. Penekanan usaha
untuk membuat gagasan yang akan diungkapkan menjadi lebih jelas. Seorang
peneliti dapat memberikan penekanan dalam kalimat dengan cara perubahan dalam
kalimat, repetisi, atau penggunaan partikel seperti: ah,-pun, dan -kah. Adapun cara yang dapat dilakukan
untuk menekankan ide pokok yaitu:
1. Meletakan kata yang ditonjolkan di
depan kalimat
Contoh:
·
Angka kematian
ibu melahirkan makin meningkat sehingga perlu di tingkatan posyandu yang
terdapat di setiap RW (penekanan pada
angka kematian)
2. Mengurutkan kata secara bertahap
Contoh:
· Bukan satu atau dua, melainkan
puluhan warga menderita karena kelaparan dan kekurangan gizi
3. Menggunakan partikel penekanan
Contoh:
·
Buanglah
semua rasa cemburumu!
4. Mengulang kata
Contoh:
·
Bunda Widi guru yang baik, guru yang menyenangkan untuk siswanya
e. Kehematan
Menurut Arifin
dan S. Amaran Tasai (2008:143) “Kehematan merupakan kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku”. Penggunaan
kalimat yang panjang dan berbelit-belit akan menyulitkan pembaca untuk
mendapatkan pesan yang akan disampaikan. Kehematan dapat dilakukan dengan cara
menghnidari pengulangan subjek. Penggunaan kata umum dan khusus dalam kalimat,
dan penggunaan kata atau frase yang memiliki kesamaan arti dalam satu kalimat.
Contoh kalimat
yang tidak hemat kata:
·
Agar supaya Anda dapat
memperoleh nilai ujian yang baik anda harus belajar dengan rajin.
Contoh kaliamat yang hemat
kata:
·
Agar Anda memperoleh
nilai ujian dengan baik, belajarlah dengan rajin.
f. Kevariasian
Menurut Putrayasa
(2010:64) “Kevariasian merupakan penulisan dengan pola kalimat yang sama akan
membuat suasana monoton atau datar sehingga akan menimbulkan kebosanan pada
pembaca”. Kevariasian dalam
Contoh:
·
Anak
membutuhkan perhatian dan kasih sayang orang tua
·
Dibutuhkan
perhatian dan kasih sayang dari orang tua kepada anaknya
·
Perhatian
dan kasih sayang orang tua dibutuhkan anak
g. Kelogisan
Menurut Finoza
(2008:152) “Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk
akal”. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis.
Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda
baca, kata atau frase, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika
berbahasa, perhatikan contoh kalimat berikut ini.
1.
Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambing
tergolong binatang anti air)
(tidak logis)
2.
Bapak
(dekan) selaku ketua pelaksana kami persilakan maju ke mimbar.( logis)
3.
Apartemen
ini dibangun setelah menggusur ratusan rumah penduduk (tidak logis)
4.
Apartemen
ini dibangun setelah ratusan rumah penduduk digusur. (logis)
Berdasarkan
uraian di atas bahwa ciri-ciri kalimat efektif adalah untuk menjadi acuan dalam
pembuatan kalimat yang memperhatikan kesepadanan, kesatuan, kesejajaran dan
paralelisme, penekanan, kehematan, kevariasian, dan kelogisan.
H.
Keringkasan
Dalam menulis ditemukan pemakaian
kata dan kelompok kata yang sebenarnya memiliki makna yang sama. Dalam hal ini
kelompok kata merupakan bentuk panjang, sedangkan kata merupakan bentuk pendek.
Contoh
·
Kami
mengadakan penelitian terhadap
anak anak sekolah luar biasa (bentuk panjang)
·
Kami
meneliti anak sekolah luar
biasa. ( bentuk ringkas)
·
Kakek
selalu memberi nasehat
anak-anaknya. (bentuk panjang)
·
Kakek
selalu menasehati anak-anaknya
3. Hakikat
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat
tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat
yang terdapat pada kalimat efektif. Berikut ini ada beberapa penyebab
ketidakefektifan Kalimat :
1.
Kalimat Berstruktur
Kompak.
Setiap
kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang menerangkan pokok)
atau unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik adalah kalimat yang
menggunakan subjek dan predikat secara benar dan kompak. Kekurangkompakan dan
ketidakjelasan subjek dapat terjadi jika digunakan kata depan di depan subjek.
Misalnya penggunaan dalam, untuk, bagi, di, pada, sebagai, tentang, dan, karena
sebelum subjek kalimat tersebut.
Contoh kalimat tidak efektif:
·
Bagi semua siswa harus memahami uraian
berikut ini.
·
Dalam pembahasan ini menyajikan contoh nyata.
Kalimat di atas menjadi tidak efektif karena unsurnya tidak lengkap.
2. Kalimat Paralel.
Kalimat
yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara paralel. Keparalelan itu
tampak pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang paralel dengan
memiliki unsur atau jenis kata yang sama. Kesalahan dalam menggunakan paralelis
kata akan menjadikan kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
Contoh
kalimat tidak efektif: Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun
laporan, kelengkapan materi yang harus dilampirkan, penggambaran tahap-tahap
kegiatan, dan simpulan hasil pengujian. Ketidakefektifan kalimat tersebut,
karena memfaralelkan jenis kata menyusun, dengan kelengkapan, penggambaran, dan
simpulan.
Kalimat
tersebut memfaralelkan “kegiatan” sebagai verba, maka kata lainnya seharusnya
menggunakan verba. Misalnya, kata menyusun seharusnya berfaralel dengan
melampirkan (materi secara lengkap), menggambarkan (tahap-tahap kegiatan), dan
menyimpulkan (hasil pengujian). Bandingkanlah dengan kalimat di bawah ini!
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, melampirkan materi
secara lengkap, menggambarkan tahap-tahap kegiatan, dan menyimpulkan hasil
pengujian.
3. Kalimat Hemat.
Kalimat
yang efektif harus hemat. Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang menghindari
pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang sudah
bermakna jamak.
Contoh
kalimat tidak efektif:
· Para
menteri serentak berdiri, setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang ke
acara itu. Waktu tempuh yang digunakan hanya selama 45 menit saja untuk sampai
ke daerah itu.
· Air
raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah.
· Banyak
orang-orang yang tidak hadir pada pertemuan yang menghadirkan beberapa
tokoh-tokoh terkemuka.
Kalimat pertama kurang efektif karena menggunakan subjek (kata para menteri) dengan subjek kedua (kata mereka). Kalimat kedua menggunakan kata bermakna sama, yaitu kata hanya dan saja. Kalimat ketiga kurang efektif karena menggunakan kata bermakna hiponimi, yaitu kata warna dan merah (merah merupakan salah satu warna, sehingga tidak perlu menggunakan kata warna). Kalimat keempat, menggunakan kata bermakna jamak secara berulang, yaitu kata banyak dan beberapa dengan pengulangan kata yang mengikutinya.
4. Kalimat Berpadu.
Kalimat
yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan. Kalimat yang tidak
berpadu biasanya terjadi karena salah dalam menggunakan verba (kata kerja) atau
preposisi (kata depan) secara tidak tepat.
Contoh kalimat tidak efektif:
·
Segala usulan yang disampaikan itu kami akan
pertimbangkan.
·
Uraian pada bagian ini akan menyajikan
tentang perkembangbiakan pohon aren.
·
Materi yang sudah diungkapkan daripada
pembicara awal akan dibahas kembali pada pertemuan yang akan datang.
Penggunaan
kata akan yang menyelip di antara subjek dengan predikat pada kalimat pertama
menjadikan kalimat tersebut kurang padu. Demikian pula penggunaan kata tentang
dan daripada setelah verba menjadikan kalimat tersebut kurang padu
5. Kalimat Logis.
Kalimat
yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau pikiran sehat.
Biasanya ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan kata atau ejaan yang
salah.
Contoh
kalimat tidak efektif:
·
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
acara ini.
·
Untuk mempersingkat waktu, marilah kita
bersama-sama mulai mengerjakan tugas tersebut.
·
Mayat wanita yang ditemukan di sungai itu
sebelumnya sering mondar- mandir di daerah tersebut.
Pada
kalimat pertama terkadung makna bahwa yang berbahagia adalah kesempatan,
kecuali verbanya diganti dengan membahagiakan. Kalimat kedua memiliki makna
yang tidak mungkin waktu dipersingkat, kecuali acara yang dipersingkat atau
waktu yang dihemat. Kalimat ketiga menggunakan konstruksi kalimat yang kurang
benar sehingga memunculkan makna yang kurang logis dan menakutkan.
5.
Kontaminasi
Merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
Contoh:
·
diperlebar, dilebarkan, diperlebarkan (salah)
·
memperkuat, menguatkan, memperkuatkan (salah)
·
sangat baik, baik sekali, sangat baik sekali
(salah)
·
saling memukul, pukul-memuku,l saling
pukul-memukul (salah)
·
di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah
mengadakan pentas seni
Sekolah
mengadakan pentas seni (salah)
7. Pleonasme
Kalimat yang berlebihan, tumpang tindih
Contoh:
·
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak
perlu para)
·
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
·
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
·
saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah
bermakna ‘saling’)
·
agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
·
disebabkan karena (sebab bersinonim dengan
karena)
8. Tidak Memiliki Subjek.
Contoh:
·
Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO)
(benar)
·
Di dalam buah mangga terkandung vitamin C.
(KPS) (benar) ??
·
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C.
(KPO) (salah)
9. Adanya kata depan yang tidak perlu.
Contoh:
·
Perkembangan daripada teknologi informasi
sangat pesat.
·
Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
·
Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
10. Salah Nalar
Contoh:
·
waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang
dipersilahkan)
·
Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa
menolak?)
·
Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
·
Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik
selalu ke atas)
·
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet
tidak selalu berada di belakang)
·
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak
masuk, seharusnya presensi)
·
Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih
prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
11. Kesalahan Pembentukan kata.
Contoh:
·
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
·
menyetop seharusnya menstop
·
mensoal seharusnya menyoal
·
ilmiawan seharusnya ilmuwan
·
sejarawan seharusnya ahli sejarah
12. Pengaruh bahasa asing.
Contoh:
·
Rumah di mana ia tinggal … (the house where
he lives …) (seharusnya tempat)
·
Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of
the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
·
Saya telah katakan … (I have told) (Ingat:
pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
13. Pengaruh bahasa daerah.
Contoh:
·
…. sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka)
(seharusnya sudah hadir)
·
… oleh
saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
·
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya
mungkin)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Tasai, Amran. 2006.Cermat berbahasa ndonesia.Jakarta: Diksi
CV Akademika Pressindo
Chaer,
A. .2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia. Jakarta:.Rineka Cipta
Cook,
S.J., Walter, A. 1971. Introduction to
Tagmemic Analysis. Toronto: Rinehart & Wiston.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Effendi,
S. 1994. Panduan Berbahasa Indonesia.Jakarta:
Diksi Pustaka Jaya.
Finoza,
Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia.
Hockett,
C.F. 1958. A Course in Modern
Linguistics. New York: The Macmillan Company
Kasih. 2014. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: UMJ
Keraf, Gorys. 1989. Komposisi
Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende Flores : Nusa Indah.
Putrayasa, I.B.2009. Jenis Kalimat Dalam Bahasa Indonesia.
Bandung: Refika Aditama
Sitindaon,
Gustaf. 1984. Pengantar Lingustik dan
Tata Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima
No comments:
Post a Comment